“…sebagai public leader, memang statement itu semacam printer dari apa yang ada dalam sistem berpikir,”
โKetua Institut Harkat Negeri Sudirman Said
Presiden Prabowo sudah memimpin Indonesia 7 bulan lamanya sejak dilantik 20 Oktober 2024. Selama masa kepemimpinannya itu, dinamika politik bergulir, banyak isu bermunculan, dan sikap kepemimpinan Prabowo banyak menjadi sorotan, terutama pidato-pidato tegas yang kerap ia bawakan.
Salah satunya adalah yang terakhir, saat berpidato di peringatan Hari Kesaktian Pancasila, 2 Juni 2025. Di sana, Prabowo mengingatkan seluruh pejabat negara yang tak mampu menjalankan tugas dengan optimal, lebih baik mundur sebelum ia berhentikan.

Ketua Institut Harkat Negeri Sudirman Said memuji pidato Presiden tersebut, karena dari sisi narasi itu sangat baik. Pernyataan-pernyataan Prabowo dinilai konsisten sejak masa kampanye hingga saat ini, ia ingin fokus memberikan yang terbaik untuk bangsa sehingga siapapun yang berbeda pandangan atau visi untuk minggir dan tidak mengganggu ritme kerja yang sudah ia tentukan.
“Top leader yang bekerja dengan pernyataan, kemudian pernyataan diharapkan diikuti oleh tindakan-tindakan di lapangan, oleh aparatnya. Jadi dari segi verbal, dari segi statement saya kira itu baik, signal baik,” kata Dirman dalam siniar Back to BDM, YouTube Budiman Tanuredjo.
Memang, hingga saat ini Dirman belum bisa menyimpulkan apapun terkait kualitas kepemimpinan Prabowo. Ia masih menunggu langkah awal yang menunjukkan bahwa Prabowo melaksanakan apa yang dipidatokannya. Sehingga ucapannya tidak kosong, melainkan dilanjutkan dengan tindakan-tindakan nyata di lapangan.
Prabowo besar dalam dunia militer dengan sistem komando yang sentralistik, tak ada ruang diskusi apalagi penolakan ketika suatu perintah disampaikan atasan. Namun, kini ia menjadi pemimpin nasional, maka ia harus meninggalkan kebiasaan militer dan menggunakan cara sipil dalam kepemimpinannya.
Imbauan pada para pejabat negara untuk mengundurkan diri secara sukarela sebelum ia berhentikan, dipandang Dirman sebagai cara Prabowo yang masih terus belajar menyesuaikan dan memahami aturan main di dunia sipil.
Namun, bisa juga itu sebagai sinyal akan adanya pergantian atau reshuffle menteri kabinet dalam waktu dekat.
“Bisa jadi signal kepada lingkarannya atau even anggota kabinetnya bahwa mulai ada tanda-tanda yang menjadi liability, mulai ada tanda-tanda menteri-menteri yang tidak sejalan dengan pikiran-pikiran beliau. itu kita tunggu, kita mendengar ada kemungkinan reshuffle dalam waktu dekat,” sebut mantan Menteri ESDM di era Jokowi itu.

Dirman menyebut, nilai seorang pemimpin sangat ditentukan oleh orang-orang disekitar yang membantu kerja si pemimpin itu. Jadi, jika Prabowo akan melakukan reshuffle, maka itu hal yang baik saja untuk dilakukan, guna mengeliminasi orang-orang dengan value yang berbeda dari lingkarannya.
Terkait dengan sikap Prabowo terhadap para pembantunya, setidaknya ada 3 peristiwa yang menunjukkan sikap berbeda-beda sehingga sulit bagi publik untuk menilai sosok Prabowo dalam konteks ini.
Pertama, ia mengizinkan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Menristekdikti) Satryo Brodjonegoro mundur dari posisinya. Kedua, ia menolak pengunduran diri Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi. Dan terakhir, saat ia menawarkan jajaran di bawahnya untuk mengundurkan diri secara sukarela bagi yang merasa tidak mampu bekerja sebelum ia berhentikan secara langsung.
“Tentu kita enggak bisa menafsirkan terlalu jauh karena apa yang ada dalam pikirannya beliau sendiri yang tahu. Tapi sebagai public leader, memang statement itu semacam printer dari apa yang ada dalam sistem berpikir,” ujar birokrat berusia 62 tahun itu.
Namun, terkait tawaran mundur sebelum ia berhentikan, Dirman mengartikan itu sebagai cara Prabowo menyentil orang-orang di bawahnya untuk sadar diri. Jika mereka yang dimaksud Presiden tidak juga menunjukkan kesadaran diri yang diharapkan, maka Prabowo harus bertindak tegas dan memberhentikan mereka, bukan membiarkannya.
Jika tidak, maka pernyataan kerasnya dalam pidato Hari Kesaktian Pancasila sebelumnya tak akan berarti apapun.
“Karena ternyata pernyataan yang dimulai sebagai satu signal kepada publik itu tidak diikuti dengan tindakan-tindakan yang sesuai untuk menjaga pesan-pesan itu,” kata Dirman.

Dalam pidatonya, Prabowo mengatakan akan menindak semua orang yang melanggar konstitusi, tanpa pandang bulu, tanpa melihat suku, agama, keluarga, apalagi partai.
Jika hal itu benar direalisasikan, maka Dirman membayangkan negeri ini akan menjadi begitu indah.
Namun untuk sekarang ini, Prabowo baru sampai pada tahap menancapkan nilai atau value yang harusnya dipedomani oleh setiap warga negara. Belum ada tindakan lebih lanjut untuk merealisasikan nilai tersebut. Dan kita masih harus menunggu aksi nyata Presiden untuk itu.
“Sebetulnya kalau dilihat apa yang terjadi di balik layar atau yang terjadi di publik, kenapa sampai muncul pernyataan begitu (dari Presiden) sangat bisa dimengerti,” ujar Dirman.
Dirman memahami mengapa Prabowo bisa menyatakan peringatan keras agar yang tidak kompeten dan bersih segera menyingkir dari gelanggang. Semua itu disebabkan oleh banyaknya kasus korupsi besar di tubuh pemerintahan dan BUMN.
Misalnya korupsi di Pertamina, korupsi pengadaan notebook di Kemendikbud yang melibatkan mantan menteri, kasus judi online yang juga menyeret nama menterinya, dan lain-lain.
“Jadi kalau sebagai Presiden yang baru saja memerintah 7 bulan kemudian dihadapkan pada masalah sebesar ini, wajar kalau dia mengatakan ini keadaan begitu buruk. Karena itu, mari siapapun yang tidak bisa mengikuti apa yang saya mau, minggir saja,” ungkap mantan Direktur Utama PT Pindad itu.
Tetapi sekali lagi, ucapan atau pernyataan Presiden baru mewakili 30 persen dari total yang harus dilaksanakan, 70 persen sisanya adalah berupa tindakan konkret. Yakni mengganti orang-orang yang memang tidak sesuai kriteria yang dibutuhkan Prabowo untuk menyelesaikan target pekerjaannya. Dan itu belum dikerjakan.
Sebagai pempin tertinggi, Prabowo harusnya sudah punya penilaian dan pandangan siapa-siapa saja yang harus ia singkirkan dan siapa yang harus ia pertahankan.
Dirman benar-benar berharap Prabowo bisa benar-benar melaksanakan ucapannya, menyingkirkan semua yang melanggar konstitusi, tanpa pandang bulu.
“Tetapi sebelum dia melakukan tindakan itu, sebaiknya memang meyakinkan bahwa orang sekitarnya sebersih apa yang dimaui. Kalau tidak, nanti dia akan punya masalah sendiri,” pungkas Dirman.
Leave a Reply