Budiman Tanuredjo
Di balik dinding batu Kapel Sistina, Rabu 7 Mei 2025, dunia seakan berhenti sejenak.
Sebanyak 133 kardinal berkumpul dalam konklaf tertutup โ menjadikannya konklaf terbesar sepanjang sejarah. Dari Indonesia, hadir Kardinal Ignatius Suharyo, yang telah tiba di Vatikan sejak hari Minggu. Di Bandara Roma, Kardinal Suharyo dijemput Dubes Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan, Trias Kuncahyono, Dubes Indonesia di Roma, Junimart Girsang, qdan Sekretaris Keuskupan Jakarta Romo Adi Prasojo.
Akankah Kardinal Suharyo akan terpilih? Tidak ada yang pernah tahu. Tapi saya pernah bertanya kepada Kardinal, โYang bercita-cita menjadi Paus, maaf, itu bodoh.โ Kapel Sistina berdiri megah dalam kompleks Istana Apostolik Vatikan, tepat di sebelah Basilika Santo Petrus. Dibangun abad ke-15 atas perintah Paus Sixtus IV, yang namanya diabadikan sebagai Sistine. Beruntung saya pernah ke sana. Beberapa tahun lalu ditemani kakak saya Romo Vincentius Indra Sanjaya yang pernah belajar tarfsir kitab suci di Universitas Gregoriana.
Langit-langit dan dindingnya dilukis oleh para maestro Renaisans: Michelangelo (1508-1512). Langit-langit dan The Last Judgment. Ada juga Botticelli, Perugino untuk dinding samping

Selama konklaf, tidak ada gadget. Tidak ada suara. Tidak ada siaran langsung . Tapi seluruh duniaโฆ menunggu. Akankah Paus ke-267, pengganti Paus Fransiskus, terpilih hari ini? Apakah hari minggu ini. Dunia menantikan asap putih dari cerobong Basilika Santo Petrus yang menandankan, โKita telah memiliki Paus baru.โ (Habebus Papam).
Apa maknanya bagi dunia yang sedang runtuh pelan-pelan? Ketika demokrasi mulai tergantikan oleh โplatformokrasi,โ demokrasi di era digital.
Pemilihan Paus bukan hanya urusan gereja. Ia adalah siinyal moral global. Simbol kekuasaan spiritual. Penentu arah geopolitik melalui soft power. Dalam dunia yang diwarnai perang, polarisasi, dan algoritma tanpa empati โ konklaf adalah gabungan antara ritual, iman, dan politik diam-diam.
Paus ke-267 akan menghadapi tantangan. Tantangan (1): Ekologi Hancur. Krisis iklim, pencairan es, kekeringan ekstrem. Paus Fransiskus. Pernah mengatakanm, โBumi sedang menangis. Kita butuh pertobatan ekologisโ dalam Laudato Si. Gereja dituntut memimpin etika lingkungan
Tantangan (2): Artifical Intelligence dan Dehumanisasi. Kini, manusia dikerdilkan menjadi data.
Pertanyaannya: Apa peran manusia jika algoritma memutuskan segalanya? Inilah yang pernah disebut Romo Franz Magnis Suseno: algoritma kematian.
Tantangan (3): Migrasi dan Krisis Identitas. Jutaan pengungsi akibat perang dan iklim
Paus Fransiskus pernah mengatakan, โKita harus menyambut, melindungi, dan mengintegrasikanโ Gereja dipanggil hadir di batas-batas peradaban
Tantangan (4) Krisis Iman. Gereja penuh saat Natal dan Paskah. Ruang pengakuan dosa di beberapa gereja kosong. Di Eropa, gereja mulai kosong. Generasi muda menjauh dari agama

Paus baru ditantang menemukan bahasa iman yang baru, di zaman digital.
Paus Fransiskus dikenal vokal, mengritik kapitalisme predator, menyoroti kesenjangan global, membela pengungsi dan mendorong pertobatan ekologis Tapiโฆ apakah gereja harus terus vokal? Terasa ada dilema di sana. Jika netral, gereja bisa kehilangan relevansi. Jika bersuara keras, bisa dianggap partisan. Siapa yang mampu menjaga keseimbangan itu?
Konklaf selalu sunyi, tapi bukan berarti tanpa strategi. Kardinal dari Eropa, Amerika Latin, Asia, Afrika โ masing-masing membawa harapan dan kekuatan. Apakah Paus baru akan datang dari Selatan Dunia? Ataukah kembali ke tradisi Eropa? Karena seperti biasa: dalam kesunyian, kerap terjadi kejutan.
Dunia hari ini tak kekurangan teknologi, tapi kekurangan makna. Paus baru tidak harus menjadi nabi. Tapi dia harus bisa membisikkan ke arah mana nurani dunia seharusnya bergerak.

Seperti kata Paus Fransiskus:
Kita tidak sedang menghadapi krisis ekologi. Kita sedang menghadapi krisis spiritual.
Di negeri ini, krisis etika dan moralitas sedang mencapai puncaknyaโฆ.
Saya ingin mengutip Sukidi, intelegensia muda, yang banyak dirujuk saat menulis Obituari Paus Fransiskus di Harian Kompas. Dia menulis demikian. โKeteladanan belas kasih Paus Fransiskus seyogianya mengetuk kesadaran nurani para pemimpin bangsa untuk merasakan penderitaan rakyat sebagai bagian dari penderitaan mereka. Sebab, inti belas kasih adalah kesediaan untuk membuka diri pada kesengsaraan orang lain dan membebaskan kehidupan manusia dari mata rantai kesengsaraan.
โโฆ Di Republik Indonesia yang timpang dengan akumulasi kekayaan hanya dikuasai oleh sekitar segelintir elite pemimpin dan kaum kapital, Paus menghadirkan belas kasih sebagai kompas moral bagi para pemimpin untuk memprioritaskan kesejahteraan rakyat daripada kepentingan diri sendiri. โApakah Anda dalam posisi memegang kekuasaan? Jadilah suci dengan bekerja demi terwujudnya kebaikan dan kesejahteraan bersama dan tidak untuk keuntungan diri sendiri,โ demikian pesan Paus Fransiskus yang disampaikan Kardinal Suharyo (2024).
Pesan Paus Fransiskus ini menjadi pengingat kebaikan bersama bahwa para pemimpin bangsa harus memulai jalan politik baru dalam pelayanan publik di pemerintahan, dengan bekerja sepenuhnya untuk keselamatan negara dan kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri.
Sistina dunia menanti kabarmuโฆ.
Leave a Reply