Seruan Prabowo Soal Berantas Korupsi Hanya Retorika Berulang Tiap Pergantian Rezim?

“…kan juga kalau perlu saya kejar (koruptor) sampai Antarktika, itu pengulangan retorika awal Orde Baru, awal orde Reformasi. Semoga saja Prabowo ini berhasil,”

– Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)

Korupsi menjadi musuh setiap bangsa. Tidak akan maju sebuah negeri jika di dalamnya koruptor bebas merayah uang negara. Maka, setiap pemimpin, setiap rezim pasti menghendaki adanya pemberantasan korupsi.

Sayangnya kehendak itu tidak selalu berhasil dilakukan, entah karena ungkapan pemberantasan korupsi hanya sebatas retorika semata, atau karena memang begitu sulitnya menangani penyakit korupsi yang sudah terlanjur menjamur di Indonesia.

Optimisme memberantas korupsi di Indonesia ada di setiap pergantian rezim. Hal itu dikatakan oleh Prof. Komaruddin Hidayat, mantan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).

“Ketika Pak Harto menerima tongkat amanat dari Orde Lama, Orde Baru pidato pertama menyatakan akan berantas korupsi. Ketika Reformasi mulai, temanya berantas korupsi. Tapi baik Orde Baru, Reformasi, ujungnya gagal. Dan sekarang ini, saya ingat pidato Prabowo itu kan juga kalau perlu saya kejar (koruptor) sampai Antarktika, itu pengulangan retorika awal Orde Baru, awal orde Reformasi. Semoga saja Prabowo ini berhasil,” kata Komar dalam podcast Back to BDM di YouTube Budiman Tanuredjo.

Presiden terpilih Prabowo Subianto, janji kejar koruptor sampai Antartika.

Meski sejarah menunjukkan adanya jejak-jejak kegagalan, namun kita tetap perlu mendoakan agar kali ini, apa yang disampaikan Presiden Prabowo benar-benar jadi kenyataan. Doakan, kawal, dan tagih bila perlu.

Jika harapan demi harapan selalu berujung kegagalan, bukan tidak mungkin rakyat akan kecewa dan terjadilah krisis kepercayaan pada pemerintah dan negara.

“Kalau itu terjadi, bahaya betul, karena dulu ketika ada krisis kepercayaan itu intervensi luar belum besar. Ribut, tapi intervensi luar belum masuk. Tapi sekarang, kalau terjadi krisis kepercayaan pada parpol, pemerintah, pada negara ini akan berat risikonya, karena pemain luar akan mudah sekali masuk ikut memainkan dinamika kisruh konflik dalam negeri,” jelas pria berusia 71 tahun itu.

Indonesia Dikuasai Neo VOC

Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengkhawatirkan Indonesia akan dikuasai oleh VOC model baru, atau neo VOC. Jika VOC pada era perjuangan kemerdekaan adalah Belanda, maka di zaman merdeka ini neo VOC bisa merupakan negara-negara dengan modal kapital besar atau  para ologark.

“Jadi kita itu dikendalikan neo VOC, jangan sampai seperti itu. Kalau itu terjadi, maka sesungguhnya walaupun kita formalitasnya merdeka, tapi secara ekonomi, kebijakan, jangan-jangan kita itu belum betul-betul merdeka. Kedaulatan itu belum di tangan kita seluruhnya, jangan-jangan,” tanya Komar.

Wawancara BDM bersama Komaruddin Hidayat.

Kini, ia sering merasa cemas dengan nasib masyarakat yang ada di desa-desa, seperti di desanya sendiri. Bagaimana masyarakat desa bisa bertahan, lahan pertanian sempit, tidak ada industri, lapangan pekerjaan sulit.

Semua kekayaan yang ada di daerah-daerah sepenuhnya dikuasai oleh negara. Pertanyaannya, seberapa banyak dari kekayaan itu yang dikembalikan kepada rakyat?

“Pertanyaannya, setelah dikuasai Negara seberapa banyak (kekayaan) itu bisa dieksplorasi? Berapa banyak yang kembali pada rakyat? Dan berapa banyak yang hanya muter-muter di sekelompok elit?,” tanya Komaruddin yang merupakan putra asli Magelang, Jawa Tengah.

Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak agar menaruh optimis terhadap seruan pemberantasan korupsi yang disampaikan Presiden Prabowo di awal-awal masa kepemimpinannya ini. Langkah nyata pemerintah lun ditunggu semua pihak untuk membuktikan retorika yang disampaikan itu punya nyawa, bukan sekadar lip service di atas panggung belaka.

Diskusi lengkap antara Komaruddin Hidayat dan BDM dapat disimak melalui tayangan berikut ini:


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *