Ilham Habibie, Politik, dan Pilgub Jawa Barat

“…Kalau saya mau membuat satu kontribusi yang substansial, yang bermakna untuk negara bangsa ini, saya tidak cukup hanya berdiam di tempat di mana saya sudah fokus, itu tidak cukup. Jadi saya melihat saya harus berkontribusi di pemerintahan, politik…”

Ilham Habibie

Meski merupakan putra dari presiden ke-3 Indonesia, B J Habibie, Ilham Akbar Habibie selama ini tak nampak wira-wiri di panggung politik Indonesia. Ia yang berlatar belakang sebagai Insinyur, aktivis, pengusaha, dan akademisi itu. disibukkan dengan kegiatan-kegiatannya di berbagai bidang.

Baru beberapa waktu terakhir, namanya muncul ke permukaan setelah Partai Nasional Demokrat (Nasdem) memintanya untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Barat pada Pilkada November mendatang.

Melihat isu politik dinasti marak dibicarakan akhir-akhir ini, Ilham segera memberi gambaran bagaimana sang ayah tidak pernah membentuknya apalagi mempersiapkan jalan untuknya menjadi politisi.

“Bapak sudah meninggal 5 tahun yang lalu, (menjabat) presiden itu 25 tahun yang lalu, orang bisa bilang (saya) ini keluarga (Habibie), diiihat sebagai dinasti, kenyataannya kan memang karena nama saya Habibie. Tapi (masuk politik) bukan karena saya ini didorong oleh Bapak atau dipersiapkan oleh Bapak. dipersiapkan mungkin sebagai orang profesional ya, saya insinyur, saya punya pengalaman, saya orang pengusaha l, dan sebagainya. Oke sebagian dari itu dipersiapkan oleh bapak, sebagian tidak. Tapi yang jelas kalau masuk ke politiknya tidak dipersiapkan seperti itu ya,” jelas Ilham.

ia menyebut sang Ayah memiliki satu keinginan untuk Indonesia, yakni berjalannya sistem meritokrasi. Seseorang menjabat harus karena kompetensinya, kapabilitasnya, bukan karena nepotisme.

Mengapa ia mau masuk politik? Rupanya seorang Ilham Habibie memiliki mimpi untuk bisa memajukan Indonesia dan memberi sumbangsih yang lebih signifikan bagi negara dan bangsa.

“Kelihatannya saya sekarang sudah cukup lama pengalaman di bidang yang saya fokuskan. Kalau saya mau membuat satu kontribusi yang substansial, yang bermakna untuk negara bangsa ini, saya tidak cukup hanya berdiam di tempat di mana saya sudah fokus, itu tidak cukup. Jadi saya melihat saya harus berkontribusi di pemerintahan, politik. Jadi politik buat saya bukan demi politik, itu harus ada tujuan dan tujuan saya itu,” kata Ilham.

Ilham Habibie berdialog dengan BDM dan berbicara soal politik juga keterlibatan dirinya di Pilgub Jabar.

Calon Gubernur Jawa Barat

Ilham saat ini tengah diusung oleh Partai Nasdem dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat. Ia yang berlatar belakang sebagai teknokrat dan pengusaha mengaku mendapat penawaran ini dan setelah menimbang berbagai hal, ia menerimanya.

“Sangat singkat sangat pendek (prosesnya). Jadi mungkin dari pertama saya ketemu seorang Nasdem di level DPW sampai dengan keluar surat rekomendasi dari DPP beserta deklarasi itu kurang dari 2 minggu,” kata Ilham menceritakan ketika Nasdem meminang dirinya.

Sesungguhnya, Ilham sudah mendapat tawaran untuk masuk politik lebih dari satu kali. Kali ini, ia kembali ditawari dan diminta untuk benar-benar memikirkan penawaran itu.

Ia pun akhirnya menerima dan mau untuk mencoba. Awalnya Nasdem menempatkan Ilham Habibie masih ada di dua opsi, apakah akan dimajukan di DKI Jakarta atau Jawa Barat. Namun, dengan pertimbangan yang mendalam, akhirnya Jawa Barat yang dipilih.

“Jabar lebih baik dan saya akarnya di Jabar juga kuat. Saya kan lama tinggal di situ, rumah di situ, punya bisnis di situ, banyak saudara di situ, anak saya ketiga lahir di situ, dan sebagainya. Banyak sekali jejak saya (di Jawa Barat), kerja di situ kan pernah ya ngajar dan sebagainya,” jelas Ilham.

Ia menyebut tidak bertemu atau berkomunikasi dengan pengurus Nasdem di pusat terlebih dahulu, melainkan dengan pengurus yang ada di wilayah. Surat rekomendasi pun muncul, keputusan telah dibuat. Setelah itu baru ia bertemu dengan Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh.

“Jadi mereka rupanya sudah yakin,” ucapnya.

Hanya saja, di Jawa Barat Nasdem membutuhkan dukungan dari partai politik lain untuk bisa mengusung Ilham Habibie, karena jumlah kursi Nasdem yang belum mencukupi untuk mengajukan calon sendiri.

Untuk urusan ini, Ilham menyebut saat ini ada PKS yang sudah bersedia untuk berkoalisi, dan syarat jumlah kursi pun sudah terpenuhi.

Namun, Ilham menyebut sejauh ink belum ada keputusan resmi apakah dirinha akan dijadikan calon gubernur atau calon wakil gubernur. Meskipun ia sendiri tidak mempermasalahkan hal itu.

“Ini masih harus didiskusikan, karena ini belum tuntas sebetulnya. Secara teoritis bisa saja wakil gubernur atau gubernur. (Saya tidak masalah) Yang penting menang, yang penting saya belajar,” ujar dia.

Ilham mantap untuk menjejaki dunia politik, meskipun memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan tentang politik.

Pengalaman itu adalah ketika sang Ayah naik menjadi presiden di sisa masa pemerintahan Soeharto. Sebagai konteks, Habibie sebelumnya adalah Wakil Presiden, ketika Soeharto lengser, secara otomatis ia pun naik untuk menggantikannya. Usai masa kepemimpinannya habis, ia melaporkan pertanggungjawabannya ke hadapan MPR, namun ditolak. Alhasil, ia mundur dari pencalonan Presiden selanjutnya dan mencukupkan masa kepemimpinannya hanya selama 17 bulan saja (Mei 1998-Oktober 1999).

“Saya kira itu boleh kita artikan sebagai politik, waktu itu mungkin ada orang-orang tertentu, ada kubu-kubu tertentu yang punya kepentingan dengan menolak pertanggungjawabannya. Jadi kita dari keluarga melihat itu sebagai hal yang secara objektif, itu yang terjadi di satu demokrasi gitu,” kata Ilham.

Habibie memang diketahui memimpin Indonesia di masa kacau pasca pelengseran Soeharto. Ia pun masib kerap dihubung-hubungkan dengan Soeharto dan dianggap sebagai orangnya Soeharto, orang Orde Baru.

Ilham mengaku tidak memiliki rasa trauma atas apa yang pernah menimpa orangtuanya.

“Kalau bagi saya sih tidak, tapi bapak mungkin iya, karena saya tidak berpolitik sebelum ini. Buat saya itu tidak menjadi trauma. Trauma itu kan kalau kita mengalami sesuatu di mana kita menjadi satu hal yang negatif, kalau buat saya itu menjadi satu pengalaman yang saya amati, sesuatu yang saya liat dengan mata kepala saya sendiri. Saya kira itu adalah satu pengalaman bukan satu trauma,” ujarnya.

Dialog Budiman Tanuredjo dan Ilham Akbar Habibie dapat disaksikan melalui video berikut ini:


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *