“…dunia memasuki situasi yang turbulen dan serba tidak pasti. Asia Timur bukanlah kawasan yang tidak terkecuali dalam menghadapi gejolak ini. Kawasan ini menghadapi tantangan yang semakin besar dengan meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan, Selat Taiwan, dan Semenanjung Korea, yang semuanya mempunyai dampak tersendiri dalam mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan…”
Jusuf Wanandi
Duta Besar Rizal Sukma PhD memimpin Pusat Studi Asia Timur (The Centre for East Asian Studies) dan menjabat Direktur Eksekutif. Pusat Studi ini berada di bawah Universitas Prasetiya Mulya, Jakarta. Peluncuran Pusat Studi Asia Timur dilakukan di Gedung Center Strategic for International Studies (CSIS), Rabu 12 Juni 2024.
Peluncuran Pusat Studi Asia Timur dihadiri sejumlah petinggi CSIS, pebisnis, dan akademisi yang banyak menaruh perhatian pada isu Asia Timur.
Sejumlah tokoh hadir antara lain mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Jusuf Wanandi yang bertindak sebagai Ketua Dewan Penasihat Pusat Studi Asia Timur, Rektor Universitas Prasetya Mulya, Prof Djisman Simanjuntak, mantan Duta Besar RI di Korea Selatan Gandhi Sulistyanto yang kini sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun memberikan sambutan melalui video.
Pidato peluncuran disampaikan Prof Chen Dongxiao, Presiden Shanghai Institute for International Studies. Profesor Cheng menyampaikan pidato berjudul, Reviving East Asia Communitity Building: Review and Outlook – A Chinese Scholary View.
Jusuf Wanandi dalam pidatonya mengatakan, dunia memasuki situasi yang turbulen dan serba tidak pasti. Asia Timur bukanlah kawasan yang tidak terkecuali dalam menghadapi gejolak ini. Kawasan ini menghadapi tantangan yang semakin besar dengan meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan, Selat Taiwan, dan Semenanjung Korea, yang semuanya mempunyai dampak tersendiri dalam mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan.
Pusat Studi Asia Timur, demikian Jusuf Wanandi, berkomitmen meningkatkan pemahamam dan pengetahuan terhadap kawasan Asia Timur yang demikian kompleks. Untuk itu, Pusat Studi Asia Timur akan berfokus pada riset dalam hubungan Indonesia dengan negara-negara Asia Timur, seperti China, Japan dan Korea Selatan.
Rizal Sukma memulai karier profesional sebagai peneliti di Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada tahun 1990. Rizal lulus Sarjana Ilmu Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) (1983) dan memperoleh gelar PhD di Hubungan Internasional dari London School of Economics and Political Science (LSE) (1997). Pria kelahiran 17 November 1964 ini adalah Duta Besar Indonesia untuk Inggris dan Organisasi Maritim Internasional yang berkedudukan di London. Bergabung di CSIS pada tahun 1990, Rizal Sukma pernah menjabat sebagai peneliti dan Direktur Eksekutif CSIS pada tahun 2009 hingga 2015.
Leave a Reply